Natal 2025 dan Kilas Balik Nestapa Umat Manusia

Natal tahun ini, kami tidak memasang pohon terang. Bukan karena terkait isu illegal logging yang marak terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, tetapi lebih karena lupa. Benar, lupa. 

Untunglah PGI ataupun GKJW tidak mengeluarkan fatwa auto murtad bagi setiap Kristen yang tidak memasang pohon terang di rumahnya. Lebih dari itu, dengan tidak memasang pohon terang bisa membuat kami lebih menghayati Natal yang sederhana, meski jelas tetap terasa profan.

Saya bukan teolog dan ahli agama macam saudara Elia Myron, Edis TV apalagi Bambang Norsena yang kontennya tentang kekristenan sering lewat di FYP Tiktok. Meski demikian, saya hakul yaqin bahawasannya Natal versi beneran, yakni ketika Kristus lahir di kandang domba, juga tidak ada pohon terang aka pohon Natal.

Natal 2025 dan Kilas Balik Nestapa Umat Manusia
Pohon Terang aka Pohon Natal

Yesus lahir ketika tanah Palestina sedang bergejolak. Kekuasaan Roma mencengkeram keras sampai ke akar-akarnya, hingga banyak orang Yahudi merindukan sosok pembebas yang mampu menyelamatkan harga diri Umat Israel sebagai kaum pilihan Yahweh. 

Hal yang sama, terasa di tahun 2025 ini. Konflik di Papua, korupsi merajalela, PHK dimana-mana, hingga yang terbaru air bah menghantam beberapa wilayah di Sumatera. Tentu bangsa Indonesia benar-benar layak berduka.

Sukacita Natal bisa dianggap sebagai jeda, dari dukalara panjang yang terus dirasakan bangsa ini. Seperti sekelompok pengembara yang haus akan air, yang kemudian menemukan kolam jernih di tengah gurun.

Meski tetap dengan lantang harus kita serukan bahwa esensi Natal adalah merayakan penggenapan janji Yahweh pada umat manusia, untuk mengirimkan AnakNya ke dunia, tetapi sukacita Natal juga kemudian meluas, tidak hanya terkungkung di dimensi religius, tetapi juga berbagai dimensi lainnya.

Bersama dengan kapitalisme, Natal dimonetisasi untuk kemudian menjadi bagian dari industri modern yang dari sana banyak orang mendapatkan berkah finansial. 

Natal juga kemudian diromantisasi sebagai waktu yang tepat untuk pulang kampung, menikmati suasana sendu pedesaan, terlebih bagi mereka yang berasal dari desa-desa Kristen dengan alam yang syahdu dan sebuah gereja kecil tetapi kursinya selalu penuh. 

Sayangnya di tengah momen yang harusnya penuh berkat dan sukacita itu, masih saja ada celah untuk menggunakan Natal sebagai sarana merusak mood. Mulai dari perdebatan tentang bolehkah mengucapkan Selamat Natal hingga berita ada saudara yang membatalkan perayaan/ibadah Natal. Sewaktu saya kecil, ketika Orde Baru berkuasa, rasa-rasanya hampir tidak pernah orang Non Kristen mempermasalahkan Selamat Natal di lingkungan saya. Semua jelas mengucapkan, "Selamat Natal", tanpa modifikasi kalimat yang belibet. 

2025 memang tahun yang tidak mudah. Untuk itulah judul tulisan kali ini adalah "...Kilas Balik Nestapa Umat Manusia". Perang berkepanjangan di Ukraina, kini ditambah dengan konflik di Sudan dan makin runyamnya situasi di Venezuela.

Di Indonesia, harga-harga melambung tinggi, termasuk emas yang naik secara tidak ngotak. Tembus ke angka yang tidak pernah diprediksi sebelumnya. Sementara itu, alih-alih dihujani lapangan kerja baru, Bangsa Indonesia justru terus bergulat dengan PHK. Industri mati satu persatu. Sedangkan rakyat hanya bergantung pada sektor informal, yang mana memberikan gaji jauh dari manusiawi. Praktis bangsa ini hanya bergantung dari pajak. Itupun belum dikorupsi.

Saya sudah lelah berandai-andai, apalagi membuat resolusi. Yang datang akan saya sambut, tetapi berekspektasi terlalu tinggi hanya berakhir dengan kecewa.

Bagi saya pribadi, 2025 juga bukan tahun yang mudah. Saya kena penyakit yang membuat saya sempat cuti panjang. Untung Perhimpunan tempat saya bekerja memberi saya kesempatan untuk memulihkan diri dan kembali bekerja. Inilah berkat Tuhan yang hadir di hidup saya. Kami berdua juga sedang menanti berkat lainnya, yang mungkin akan kami terima di minggu-minggu pertama 2026. 

Kembali pada urusan pohon terang. Kini pohon terang tidak melulu dari cemara. Ada yang dari plastik, kertas, bahkan limbah. Sekolah tempat saya mengajar, membuat pohon terang dari kertas yang dibentuk menjadi kupu-kupu dan disusun indah sekali. Silahkan mengudar maknanya, saya cukup menikmatinya saja. Akhir kata, Selamat Natal 2025, berkat Tuhan Yesus hadir untuk kita semua. Soli Deo Gloria. 

Posting Komentar untuk "Natal 2025 dan Kilas Balik Nestapa Umat Manusia"