Pembelajaran Berdiferensiasi, Makanan Apapula Itu?
Halo, masih bersama Adi di sini. Sebagai seorang guru yang kadang juga nulis blog, kali ini saya ingin berbagi tentang apa itu pembelajaran berdiferensiasi.
Jadi, apa sih pembelajaran berdiferensiasi itu? Apa cuma guru aja yang perlu mempelajarinya? Ternyata meski wajib diketahui oleh guru, orang tua sebagai partner sekolah dalam hal pendidikan, juga sebaiknya tahu loh.
Dalam artikel ini, saya akan sedikit berbagi tentang pembelajaran berdiferensiasi. Kenapa sedikit? Karena kalo kebanyakan, takutnya bosen. Oke gas, yuk langsung bahas.
Ada Murid Pinter, Ada Murid Pinter Banget, Kenapa Ya?????
Sebaliknya, ada ga anak yang waktu pelajaran susah banget nangkepnya. Kayak dia itu beneran ga bisa ngerti apapun yang diajarin Bu Guru. Kenapa ya?
Nah, faktor yang melatarbelakangi kedua hal tersebut banyak banget. Intinya siswa itu sebenernya tidak datang dengan zero knowledge, alias beneran kosong kayak influencer-influencer yang lagi ngetren itu, bocah-bocah kosong.
Mereka itu bisa aja kayak, "Hah gini doang pelajarannya, gampang bingitz!". Murid-murid kayak gini idaman para guru karena beban guru seperti berkurang 100 kilo. Hahaha.....
Nah, pada umumnya, jarak antara kondisi menguasai materi dengan belum menguasai materi itu disebut kebutuhan belajar. Kalo dibuat ilustrasi, kebutuhan belajar anak-anak tipe sigma itu mendekati nol bahkan. Kasus ini makin sering ada karena mereka bisa belajar dari Youtube, Wikipedia atau bahkan les. Jadinya beneran bisa menguasai materi yang bahkan belum diajarkan.
Sebaliknya, ada anak-anak yang mohon maaf, punya latar-belakang yang berbeda. Boro-boro les, bisa bayar seragam sekolah aja sudah puji syukur banget. Mereka juga kalo internetan kudu main ke warkop atau rumah temen yang ada wifi karena emang ga sanggup beli kuota.
Tipe yang kedua itulah yang bisa kita anggap punya kebutuhan belajar yang tinggi. Nah, terus masalahnya dimana? Justru itu, masalahnya banyak.
Materi biasanya itu berjenjang. Sebelum menguasai pembagian, you have to know first about perkalian dan pengurangan berulang. Terus bijimane mau menguasai pembagian jika materi sebelumnya belum jago?
Nah pembelajaran berdiferensiasi ini adalah sebuah pendekatan dimana guru bisa memodifikasi konten, produk atau proses, atau bahkan ketiganya.
Jadi sudah mulai paham ya kalau ternyata pembelajaran berdiferensiasi itu bukanlah makanan seperti gudeg, sate apalagi tumis bekicot.
Pembelajaran Berdiferensiasi, Ketika Guru Memahami Keunikan Siswa
Intinya sih, siswa itu unik dan pemahaman dasar seperti ini harusnya sudah diketahui para guru. Selanjutnya tinggal memilih pendekatan yang tepat, salah satunya melalui pembelajaran berdiferensiasi.
Contoh Pembelajaran Berdiferensiasi:
Dalam pelajaran Bahasa Inggris, siswa dibagi ke beberapa kelompok. Guru membahas tentang penggunaan simple present sebagai sarana untuk menceritakan sebuah teks berjenis procedure.
Setelah menjelaskan dengan seksama (cie bahasanya, seksama), guru meminta siswa membuat suatu produk atau projek.
- Kelompok 1 karena emang pinter dan kreatif, mereka bikin konten video tentang cara membuat pizza dengan toping truffle dan nanas segar.
- Kelompok 2 membuat infografis cara membuat caramel machiatto menggunakan susu yang berasal dari sapi-sapi di peternakan Swiss. Kebetulan salah satu papahnya siswa punya investasi di sana.
- Kelompok 3 membuat teks diketik di kertas HVS 2 halaman margin normal rata kanan-kiri kayak skripsi tentang cara memasak indomi.
Hasil produk itu dimodifikasi, jadi tidak sama. Setiap kelompok punya banyak pertimbangan dalam membuat produk, seperti misal tingkat pemahaman, kreatifitas, sumber daya, dll.
Empat Kunci Sukses Pembelajaran Berdiferensiasi
Ada empat kunci sukses pembelajaran berdiferensiasi, yaitu:
- Memahami inti dari pembelajaran berdiferensiasi sebagai sarana untuk memfasilitasi keunikan masing-masing siswa.
- Mengetahui pemahaman dasar siswa atas suatu materi, bisa dengan melaksanakan pre-test atau observasi.
- Merancang pembelajaran dengan tepat termasuk memilih mana elemen yang akan dimodifikasi.
- Melakukan evalusai dan refleksi untuk menilai sejauh mana pembelajaran yang sudah dilakukan tepat sasarana atau perlu diulang.
Nah, emang sih kalo gini jadinya, guru akan makin kerepotan. Emang iyalah, kapan guru ga repot. Tapi inget, siswa di atas itu semua. Untuk itu perlu sekali melakukan penyusunan manajemen waktu dengan baik. Bab ini saya akan bikinin tulisannya lain kali ya.
12 komentar untuk "Pembelajaran Berdiferensiasi, Makanan Apapula Itu? "
Itu makanya pantas disematkan pahlawan tanpa tanda jasa untuk para guru, sehat selalu...
Dan dengan pembelajaran berdiferensiasi ini sangat bagus, karena proses belajar mengajar sesuai dengan keutuhan , minat, dan kemampuan masing-masing siswa. Ini kayaknya ada bisa dikaitkan dengan kurikulum Cambridge Primary untuk tingkat sekolah dasar ya, Mas?
Pembelajaran terdiferensiasi ini nyatanya masih banyak juga guru yang belum paham, gimana mesti membuat diferensiasi pada proses, konten atau produk. Tapi seiring waktu dan kemauan guru untuk belajar dan mengimplementasikan, semoga makin paham
Anak sulung saya ulet banget dalam belajar
Matpel yang enggak dia kuasai, dia pelajari berulang-ulang
Matpel yang dia kuasai, tetap dia latih hingga ngabisin kertas HVS ber rim-rim
Hasilnya anak saya selalu masuk 2 besar sewaktu SMP/SMA , bahkan cum laude teknik sipil ITB
Padahal IQ gak tinggi-tinggi amat, sama dengan adik2nya yang IPK nya sedang2 saja
Ada yang pinter banget memahami, tapi belum tentu pinter menjelaskan.
Ada yang pinter menjelaskan, tapi kudu dibimbing sedemikian hingga.
Jadi memang mengajari anak sesuai dengan karakter belajarnya, pasti butuh waktu dan semoga dengan pembelajaran berdiferensiasi, semua bisa terfasilitasi dengan baik.
Tetap semangat untuk semua guru di Indonesia