Work From Warkop
Guritnoadi.com - Sejak akhir tahun 2024, saya melihat banyak usaha kafe berguguran. Mereka seperti kunang-kunang, bersinar sekejap dengan gegap gempita nan cemerlang, lalu redup dan akhirnya mati.
Meski demikian, bisnis kafe baru terus tumbuh bak jamur di musim hujan. Walau tentu saja tidak banyak yang bisa bertahan. Ada apa sebenarnya?
Saya punya teori sendiri mengenai hal ini. Ceruk masyarakat yang nongkrong di kafe tidak banyak, meski pada dasarnya manusia Indonesia itu suka nongkrong. Terlebih kafe dan coffee shop punya penantang serius: Warkop.
Perbedaan Kafe dan Warkop
![]() |
Ini adalah foto saya bersama Mr Jo, teman baik yang beberapa kali ngopi di warkop bareng |
Kafe atau Cafe adalah bentuk tempat nongkrong yang elitis, borjuis dan tersegmen, meski banyak yang membranding dirinya lebih terbuka untuk masyarakat umum berbagai kelas.
Sedang warkop punya akar panjang sebagai sarana kaum proletar untuk nongkrong. Di Warkop, kamu bisa sebal-sebul nyebat tanpa ragu, gitaran atau nongrkong berjam-jam menghayati hidup yang semakin asolole hanya dengan kopi sachetan seharga kurang dari 5 ribu repes.
Kafe mahal dan outfit juga sering menjadi pertimbangan. Di Warkop. kuli dengan singlet dan katok cekak bisa berani duduk sambil makan nasi bungkus.
Fenomena Warkop Raksasa
Sekarang orang-orang yang disebut pengusaha, menyadari hal ini. Kafe jalan terus untuk melayani anak muda dan anak yang tidak muda lagi mencari suasana yang syahdu atau untuk meeting dengan nyaman.
Sementara itu di sisi yang lain, para pengusaha mulai masuk ke bisnis warkop. Kapitalisme membiakkan entitas kerakyatan satu ini, menyulapnya menjadi tempat luas dengan parkiran lega dan sekian puluh kursi meja. Namanya tetap warkop, tetapi bentuknya berubah.
Di Jawa Timur, khususnya daerah Arekan seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto, jaringan warkop makin menggila. Dalam satu lemparan batu, mungkin sudah ada tiga atau empat warkop berdiri sombong, dengan lampu-lampu mungil yang membuatnya gemerlap dan wifi super kenceng.
Warkop-warkop seperti KHK, STK, Bening, SAE ataupun sejenisnya mulai mendominasi. Mereka bisa dilihat dengan ciri yang hampir sama:
- Tempat yang luas.
- Ada toilet.
- Buka 24 jam.
- Ada penjaga perempuan.
- Kursi-kursi ditata memanjang dan ada jarak antar kursi yang cukup lega.
- Sering mengadakan nobar.
- Mayoritas dicat kuning.
Memang benar tidak ada yang salah dengan ini semua. Atas nama bisnis, semua berhal dikapitalisasi. Saya juga tidak berkeberatan, bahkan setelah mencoba nongkrong di tempat-tempat macam ini, saya jadi menyukainya karena bisa mengambil manfaat darinya.
Blogging From Warkop
![]() |
Blogging from warkop |
Dulu jaman Korona, muncul istilah ngetren, WFH alias Work From Home yang sekarang berkembang jadi WFA alias Work From Anywhere. Kini saya ingin nambah satu lagi istilah, yakni WFW atau Work From Warkop. Terdengar lucu, ada singkatan dalam singkatan, tapi ya EGP, emang gue pikirin, wkwkwkw.
Bahkan artikel ini sendiri juga ditulis di warkop di sore hari yang tidak terlalu tenang karena banyak kendaraan berseliweran. Maklum, warkopnya di pinggir jalan.
Di sini enak. Wifi sekenceng Ferrari, juga seringkali ga full pengunjung. Minumannya juga masih murah sih, karena emang tujuannya cuma ngetik aja. Selain itu, saya senang di tempat yang lebih luas, bosan melulu terkurung dalam kamar yang sumpek.
Ternyata bukan cuma saya, banyak teman-teman kantor yang suka ngopi di warkop. Rasanya emang inilah jatidiri bangsa kita. Ketika saya berkesempatan berkunjung ke Singapura, saya tidak melihat satupun warkop seperti di sini. Ngewarkop sambil ghibah, nonton timnas, mabar, atau bahkan kerja. Semua sangat komunal. Sangat merakyat. Sangat Indonesia.
Beberapa hal yang saya dapatkan dari beberapa kali nongkrong di Warkop, ternyata ini makin terbuka. Orang-orang kaya datang dengan mobil-mobil mereka. Ini bukan lagi eksklusif milik kaum proletar. Bahkan chindo muda yang kece-kece juga seliweran di warkop.
Blogging from warkop mungkin akan menjadi kebiasaan baru saya. Setidak-tidaknya kebiasaan yang sampai saat ini menarik untuk dilakukan. Kalau kamu gimana, udah coba juga kerja dari Warkop? Apapun itu asal tidak bertentangan dengan hukum negara dan agama, apalagi membuatmu makin hemat, gas aja! Soli Deo Gloria.
Posting Komentar untuk "Work From Warkop"
Posting Komentar